1 Jun 2014

Sejarah Hari Jadi Surabaya


Kemarin, pada 31 Mei 2014 kota tempat saya dibesarkan yaitu Surabaya telah merayakan hari jadinya yang ke-721 tahun. Nah, dalam catatan kali ini saya akan menceritakan sejarah asal-usul hari jadi Kota Surabaya yang saya sarikan dari Tabloid Posmo edisi 730 tanggal 29 Mei 2013.

Menurut Suparto Brata, seorang sejarawan dan sastrawan Jawa senior, awalnya hari jadi Kota Surabaya diperingati setiap tanggal 1 April, dan terus berlangsung sampai tahun 1974. Hal ini mengacu pada keputusan Pemerintah Hindia Belanda yang membentuk empat Gemeente pada 1 April 1906 yaitu Surabaya, Semarang, Medan, dan Makassar. Dengan demikian, tanggal 1 April tidak hanya diperingati sebagai hari jadi Kota Surabaya saja, tetapi juga diperingati sebagai hari jadi tiga kota lainnya. Bahkan, mungkin tidak hanya itu, karena pada 1 April 1907 juga didirikan Gemeente Malang dan Bandung, serta kota-kota lainnya pada tahun berikutnya.

Pada 1 April 1973, Wali Kota Surabaya, yaitu Kolonel R. Soekotjo berpidato bahwa hari itu merupakan terakhir kalinya dilakukan peringatan hari jadi Kota Surabaya setiap 1 April, karena menurutnya, tanggal tersebut bukanlah tanggal berdirinya Surabaya sebagai permukiman, tetapi merupakan tanggal pembentukan pemerintahan Gemeente pada zaman Hindia Belanda. Maka, pada 10 April 1973 dibentuklah Tim Penelitian Hari Jadi Kota Surabaya dengan dikukuhkan oleh SK No. 109/WK/73.

Hasil penelitian tim tersebut kemudian dilaporkan kepada DPRD tingkat II Kota Surabaya dengan mengajukan tiga pilihan, yaitu:
  • Tanggal 31 Mei 1293 yang merupakan hari kemenangan pasukan Majapahit dipimpin Raden Wijaya dalam mengusir pasukan Tartar.
  • Tanggal 11 September 1294 yang merupakan hari penganugerahan Desa Kudadu karena jasa-jasanya dalam membantu perjuangan Raden Wijaya.
  • Tanggal 7 Juli 1358 yang menyebutkan nama Curabhaya sebagai Naditira Pradeca sebagai salah satu tempat pelabuhan interinsuler yang mana tercantum dalam Prasasti Trowulan.

Akhirnya, yang dipilih dari tiga alternatif tersebut adalah tanggal 31 Mei 1293 karena peristiwa heroik kemenangan Raden Wijaya mengusir tentara Tartar yang dikirim Kaisar Kubilai Khan dapat menjadi kebanggaan bagi warga Surabaya pada khususnya, serta bangsa Indonesia pada umumnya. Juga peristiwa ini dapat dihubungkan dengan keberanian rakyat Surabaya dalam menentang penjajahan pada bulan November 1945.

Keputusan tersebut akhirnya dikukuhkan oleh SK DPRD Kota Madya Surabaya No. 02/DPRD/Kep/75 tanggal 6 Maret 1975, yang ditindaklanjuti dengan SK Wali Kota Surabaya No. 64/WK/75 tanggal 18 Maret 1975. Dengan demikian, hari jadi Kota Surabaya mulai diperingati setiap tanggal 31 Mei adalah sejak tahun 1975.

Dalam perkembangannya, istilah Gemeente Surabata berubah menjadi Kota Surabaya ternyata melalui beberapa tahapan. Istilah Gemeente tersebut ditetapkan pada zaman Hindia Belanda yang pada zaman kemerdekaan diganti menjadi Kota Besar Surabaya. Kemudian pada 1950 istilah pun berubah menjadi Kotapraja Surabaya. Selanjutnya pada 1965 berubah lagi menjadi Kotamadya Surabaya, dengan mendapatkan tambahan wilayah dari Kabupaten Surabaya, yang meliputi Kecamatan Karangpilang, Tandes, Sukolilo, Rungkut, dan Wonocolo. Adapun Kabupaten Surabaya kemudian berubah nama menjadi Kabupaten Gresik.

Nah, bagaimana dengan nama Surabaya itu sendiri? Surabaya pada zaman Majapahit disebut Curabhaya yang berasal dari kata Cura, artinya “berani”, dan Bhaya, artinya “bahaya”. Jika dirangkai menjadi “berani menghadapi bahaya”.

Sebelum bernama Curabhaya, daerah di muara Sungai Mas ini awalnya disebut Ujunggaluh, sedangkan Sungai Mas sendiri dulu disebut Sungai Sugaluh. Nama Ujunggaluh sebagai pelabuhan dagang tercantum dengan jelas pada Prasasti Kelagen yang dikeluarkan oleh Raja Airlangga pada 1037, dan ditemukan di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo.

Catatan yang lebih lengkap diperoleh dari naskah Chu Fan Chi karya Chau Ju Kua tahun 1200-an yang menyebut Ujunggaluh dengan nama Chung Kia Lou. Disebutkan bahwa daerah ini banyak menghasilkan garam teluk, biri-biri, dan burung kakaktua.

Sementara itu, nama Curabhaya sendiri ditemukan dalam Prasasti Trowulan tahun 1358 yang dikeluarkan oleh Raja Hayam Wuruk. Kala itu Curabhaya bersama empat puluh desa lainnya di sekitar Sungai Brantas dan Bengawan Solo mendapatkan perintah untuk menjalankan layanan publik jasa penyeberangan sungai. Selain itu, nama Surabhaya juga ditemukan dalam naskah Nagarakretagama karya pujangga Prapanca sebagai salah satu desa yang dikunjungi Raja Hayam Wuruk dalam kegiatan “blusukan”-nya.

Demikianlah sedikit informasi tentang sejarah hari jadi Kota Surabaya. Mitos yang berkembang selama ini mengatakan bahwa nama Surabaya berasal dari dongeng pertempuran antara ikan Sura yang berwujud hiu, melawan binatang Baya atau buaya.  Sesungguhnya mitos tersebut adalah simbol dari perjuangan Raden Wijaya dan orang-orang Majapahit yang dilambangkan sebagai buaya atau hewan sungai, yang berhasil mengusir tentara Tartar dari seberang lautan yang dilambangkan sebagai ikan hiu.

Sebagai penutup catatan saya ucapkan “Selamat Hari Jadi Kota Surabaya yang ke-721” dan terima kasih untuk Ibu Risma yang telah memimpin kota ini menjadi lebih bersih, lebih hijau, dan lebih bermartabat.