19 Mei 2015

Sejarah Pakaian Renang

Pada catatan sebelumnya, saya membahas tentang kontes kecantikan yang salah satu penilaiannya adalah “swimsuit on stage” atau penilaian fisik para peserta dalam pakaian renang. Nah, catatan kali ini adalah membahas sejarah pakaian renang itu sendiri, khususnya pakaian renang kaum wanita yang saya sarikan dari berbagai sumber.

Bicara tentang pakaian renang, maka yang terbesit dalam pikiran kita adalah busana serba minim dengan tujuan memberikan keleluasaan gerak tubuh dalam air serta mengurangi risiko penyakit kulit, namun di sisi lain juga dinilai sebagai pakaian yang dapat meningkatkan libido para pemirsanya. Pada tahun sembilan puluhan, wanita berpakaian renang masih lumayan sering muncul di televisi, baik itu dalam film maupun iklan. Namun, akhir-akhir ini adegan artis berbusana minim tersebut selalu menjadi sasaran gunting sensor, atau paling tidak dibuat buram. Hal ini dikarenakan pakaian renang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat dan melanggar norma kesopanan.

Sungguh mengejutkan, pandangan senada juga pernah terjadi di negara yang menjunjung tinggi kebebasan, yaitu Amerika Serikat. Pada tahun 1950-an negara adikuasa ini pernah memasang pengumuman “dilarang mengenakan pakaian yang tidak sopan” sebagai tindak lanjut atas penemuan bikini di Prancis yang banyak menjadi bahan pembicaraan di mana-mana. Pada saat banyak wanita berenang dan berjemur di pantai-pantai Prancis, Italia, Spanyol, dan Brasil mengenakan bikini, Amerika justru melarang keras, karena menampakkan pundak saja sudah dianggap perbuatan tidak sopan di negeri itu.


Kegiatan berenang atau mandi bersama sebenarnya telah menjadi tradisi masyarakat pada zaman Romawi Kuno. Namun, saat itu masyarakat tidak mengenal pakaian mandi ataupun pakaian renang, karena mereka melakukannya dalam keadaan telanjang. Memang ditemukan adanya lukisan mozaik peninggalan Kekaisaran Romawi dari tahun 300 Masehi yang menggambarkan sejumlah wanita berpakaian mirip bikini sedang berolah raga dan menari, namun tidak ada bukti bahwa pakaian tersebut juga digunakan untuk berenang.


Setelah Kekaisaran Romawi runtuh, tradisi mandi bersama pun ikut punah. Kegiatan berenang di laut kemudian muncul kembali, dengan dipelopori para bangsawan Prancis sebelum Revolusi 1789. Seiring dengan perkembangan zaman, kebiasaan berenang di laut menjadi suatu acara yang menyenangkan, baik itu dilakukan oleh pria maupun wanita. Khusus untuk wanita dibuatkan semacam tempat tertutup untuk berganti pakaian yang dibangun di atas roda sehingga dapat dipindahkan ke mana-mana. Alat ini disebut dengan nama “bathing machine”. 


Masyarakat pun membutuhkan pakaian renang yang layak untuk memudahkan mereka bergerak di dalam air, namun di sisi lain juga tidak melanggar norma-norma kesopanan. Pakaian renang para wanita kala itu didesain memiliki pemberat yang dijahitkan di dalam keliman untuk mencegah kain naik ke atas dan memperlihatkan kaki mereka. Pakaian ini umumnya disebut “the bathing gown” alias gaun mandi.


Pada akhir abad ke-19 diciptakan model pakaian renang baru yang lebih ringan, disebut “pricess cut”, yaitu gabungan antara baju dan celana yang dilengkapi dengan rok pula.


Pada tahun 1907 Annette Kellerman, seorang perenang dari Australia mengadakan pertunjukan "balet wanita dalam air" di Pantai Boston, Amerika Serikat. Dalam acara itu, ia ditangkap karena mengenakan pakaian renang pas badan yang menunjukkan lekuk tubuhnya, dan menampakkan bagian lengan, kaki, dan leher. Penangkapan ini mengundang sejumlah protes yang membuat pantai-pantai menjadi lebih longgar dalam membatasi pakaian renang beberapa waktu kemudian.

Anette Kellerman
Maka, rancangan pakaian renang pun menjadi lebih praktis dan ringan. Pada 1913, perancang busana bernama Carl Jantzeen menciptakan pakaian renang “two-piece” pertama yang disusul kemudian pada 1921 perusahaan pakaiannya yang bernama Jantzeen Knitting Mills meluncurkan pakaian renang wanita model “one-piece” yang kemudian sangat digemari masyarakat, serta digunakan dalam sebuah kontes kecantikan di Kota Atlanta, Amerika Serikat.


Setelah Perang Dunia Kedua, model pakaian renang menjadi lebih berani. Gerakan emansipasi wanita membuat kaum perempuan menjadi lebih terbuka dalam berpakaian. Salah satunya ialah dengan ditemukannya pakaian renang minim bernama “atome” pada tahun 1946 yang berbentuk celana pendek dan kutang oleh seorang perancang bernama Jacques Heim. Ia mempromosikan ciptaannya itu di Pantai Cannes, dengan menulis kalimat spanduk yang diikat pada sebuah pesawat terbang : “Atome, pakaian terkecil di dunia”.


Hanya beselang tiga minggu kemudian, seorang insinyur mesin yang alih profesi menjadi perancang pakaian renang bernama Louis Reard menciptakan pakaian renang fenomenal model “two-piece”, bernama “bikini”.  Ia juga menerbangkan slogannya yang berbunyi : “Bikini lebih kecil daripada pakaian terkecil di dunia”. Diduga nama bikini ini diambil dari nama Bikini Atoll, yaitu sebuah pulau karang kecil yang hancur meledak karena dijadikan uji coba bom nuklir Amerika lima hari sebelumnya. Terbukti, penjualan bikini pun kelak “meledak” pula di pasaran. Hal ini antara lain dikarenakan bikini menampakkan pusar si pemakai yang kala itu dianggap tabu untuk diperlihatkan.

Karena para model langganannya menolak, Reard pun menyewa seorang penari erotis dari Casino de Paris bernama Micheline Bernardini untuk memeragakan bikini pada 5 Juli 1946 di Piscine Molitor, sebuah kolam renang umum di Kota Paris. Usaha ini berhasil memancing reaksi pro kontra di mana-mana, terutama dari Gereja Katolik, Vatikan. Sementara itu, International Herald Tribune pun menurunkan sembilan tulisan tentang bikini, yang antara lain membahas kemungkinan pakaian renang berbahan irit tersebut diterima di Amerika.

Pemerintah Amerika sendiri kala itu masih konservatif dan melarang pemakaian bikini yang dianggap melanggar norma-norma kesopanan. Akan tetapi, tidak sedikit kaum perempuan negeri adikuasa tersebut yang diam-diam menyukainya. Kebanyakan dari mereka menjadi turis di luar negeri untuk bisa mengenakan bikini di pantai, atau setidaknya berbikini di kolam renang belakang rumah bagi mereka yang tidak memiliki dana atau waktu luang untuk pergi melancong. Bahkan, akibat ditemukannya bikini, dalam kurun waktu sepuluh tahun, yaitu antara 1949 – 1959 jumlah kolam renang di Amerika meningkat dari 2.500 menjadi 87.000. 

Pro kontra bikini di Amerika pun mendapat sindiran dari majalah Newsweek dengan tulisan berjudul : “Bikini adalah komoditas yang penuh kontroversi, dikecam, diboikot, namun laris diperdagangkan.” Bikini akhirnya diterima di Amerika setelah pada tahun 1956 aktris Bridget Bardot dipotret dengan mengenakan pakaian renang jenis two-piece ini pada Festival Film Cannes. Kemudian pada tahun 1962 Ursula Andress juga tampil berbikini dalam sebuah adegan pada film James Bond pertama, yaitu Dr. No, membuat pakaian ini semakin terkenal.


Pada tahun 1964, seorang perancang terkenal asal Amerika bernama Rudi Gernreich menciptakan “monokini” atau topless bikini, alias bertelanjang dada. Reaksi publik pun berdatangan. Antara lain tidak sedikit yang mengatakan bahwa bikini topless adalah pakaian cabul yang sangat menjijikkan. Tak kenal menyerah, pada tahun 1974 Rudi pun menciptakan “thong swimsuit”, yang dari muka tampak tertutup, namun terbuka pada bagian punggungnya. Pakaian renang ini merupakan evolusi dari model “one-piece swimsuit” namun dengan kerung paha lebih tinggi.


Pada tahun 1990, Carol Wior merancang pakaian renang yang tidak hanya melulu soal gaya dan nuansa sensual, tetapi lebih ke arah fungsi dan kegunaanya.  Pakaian renang jenis ini kemudian dipatenkan menjadi pakaian renang wanita yang mutakhir dengan model "slimsuit".


Manfaat berenang yang menyehatkan badan pun menjadi perhatian pula bagi kaum Muslimah, namun di sisi lain dibatasi oleh syariat agama yang melarang mereka memperlihatkan anggota tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan. Hal ini mendorong seorang perancang asal Lebanon-Australia bernama Aheda Zanetti yang menciptakan “burkini”, yaitu gabungan dari kata “burqa” dan “bikini”. Akan tetapi, pada Agustus 2009, seorang wanita di Prancis dilarang terjun ke kolam renang umum karena mengenakan burkini, dengan alasan pakaian ini terlalu lebar sehingga dapat menjadi sarang bakteri apabila cukup lama digunakan dalam keadaan basah.


Demikianlah, pakaian renang yang pada awalnya dirancang dengan lebih memerhatikan segi kesopanan, kini telah berubah menjadi komoditas menguntungkan. Pasar pakaian renang global pada tahun 2015 diperkirakan dapat mencapai 17,6 dollar, dan ini belum termasuk industri lain yang berkembang dari populernya bikini, seperti bikini waxing dan salon tanning. Sejarawan mode asal Prancis bernama Olivier Saillard berpendapat, bikini diterima masyarakat adalah karena “the power of women, and not the power of fashion”. Ia pun menjelaskan bahwa, emansipasi pakaian renang selalu terkait dengan emansipasi dan pemberdayaan perempuan.